SIBAT SEKOTONG MENDUKUNG PENINGKATAN BUMDES DENGAN EKOWISATA MANGROVE

LOMBOK, 01 FEBRUARI 2024

Menindaklanjuti kegiatan closing and lesson learned program PERTAMA-DAS tahap 3 CoRTA, PMI melakukan kunjungan ke Desa Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB untuk melakukan review dan sharing knowledge tentang pembelajaran menarik dari program dukungan AmCross di wilayah tersebut yang dilaksanakan pada tahun 2012-2017. Kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh PMI Pusat, Perwakilan AmCross, PMI Provinsi NTT, PMI Provinsi Lampung, PMI Kabupaten Manggarai dan PMI Kabupaten Tanggamus ini dilanjutkan dengan penanaman mangrove secara bersama di pesisir pantai Sekotong yang dilaksanakan tanggal 01 Februari 2024.

Ket. Foto bersama sebelum melakukan penanaman mangrove di pantai Sekotong (01/02/2024)

Dalam rangkaian agenda kunjungan ini, perwakilan anggota Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) desa Sekotong berbagi cerita menarik tentang keterlibatan dan kerja PMI di desa Sekotong mulai dari membangun kesadaran bersama tentang manfaat mangrove, advokasi ke pemerintah Desa dan Kabupaten, tantangan dan kesuksesan dalam membangun ekowisata mangrove Sekotong. Salah satu penggiat mangrove yang juga merupakan SIBAT PMI desa Sekotong, Mardi mengisahkan tentang perjalanan pengembangan ekowisata mangrove Sekotong “pengembangan ekowisata mangrove Sekotong dimulai pada tahun 2016, pada waktu itu Pengurus PB PMI Pusat Bapak Letjen TNI (Purn) Sumarsono bersama Bapak Arifin M. Hadi mengunjungi desa Sekotong untuk melihat lebih dekat aktivitas SIBAT. Kemudian, saat itu Letjen (Purn) Sumarsono menantang kami untuk mengembangkan ekowisata mangrove dan menjadi perintis untuk menjadikan ekowisata mangrove sebagai salah satu bumdes Desa. Tetapi niat baik ini tidak berjalan mulus, kami berulangkali melakukan pendekatan dengan Pemerintah Desa agar lokasi mangrove ini diserahkan pengelolaannya kepada SIBAT.”

 

Tetapi setiap kerja keras yang dilakukan dengan hati terbuka tidaklah sia-sia. Lebih lanjut, Mardi menjelaskan bahwa ia membangun koordinasi dengan PMI Kabupaten Lombok Barat agar mendukung advokasi kepada pemerintah Desa demi menjadikan kawasan mangrove yang ada sebagai lokasi wisata. Usaha itupun terwujud melalui kepada desa yang baru yang memiliki visi yang sama untuk konservasi alam dan mendukung mitigas hijau. SIBAT selalu lakukan pendekatan dengan pihak desa sehingga akhirnya, desa mengizinkan agar dilakukan pengembangan ekowisata mangrove di desa Sekotong. “Saya dilibatkan menjadi tim penyusun RPJMDes dan melalui koordinasi yang intens kemudian kepala desa menyetujui dukungan pengembangan ekowisata mangrove serta saya dipersiapkan untuk pengembangan mangrove dengan melakukan studi banding ke salah satu desa mangrove di Bali yang dibiayai oleh Desa. Tentunya, sebagai SIBAT PMI saya sudah dibekali dengan berbagai pengalaman dan pelatihan oleh PMI serta membangun kerja sama dan koordinasi dengan para penggiat mangrove yang sudah berhasil seperti dengan bang Bang Ahmad Rois dari PMI Kabupaten Demak dan tentunya dukungan dari mentor kami Bang Al Akbar Abubakar serta Konsultan IPB University.”

 

Dalam pengembangan ekowisata ini, SIBAT Desa Sekotong menanam 50.000 bibit mangrove tahun 2016 dan setelah dilakukan evaluasi saat closing program bahwa yang tumbuh sebanyak 75 persen. Paska pelaksanaan program, teman-teman SIBAT secara rutin juga melakukan penanaman mangrove bersama dengan stakeholder lain tetapi tidak lagi melakukan pembibitan karena besarnya biaya.

 

Terkait pembentukan tempat ekowisata mangrove Sekotong mulai dikembangkan sejak tahun 2016 dan pemerintah desa mendukung pendanaan pembangunan jogging track dan gazebo sepanjang 100meter dengan pendanaan sebesar seratus juta rupiah. “Pada awal pengembangan ekowisata mangrove di desa Sekotong dianggarkan melalui dukungan dana desa sebesar seratus juta rupiah untuk mendukung pembangunan jogging track sepanjang 100 meter dan gazebo, kemudian ditahun selanjutnya desa juga terus mendukung pembangunan melalui dana desa. Kemudian, pada tahun 2021 Kementrian Desa mendukung tambahan pembangunan jogging track, homestay dan toilet juga dukungan dari PLN untuk tempat parkir dan beberapa tambahan di lokasi ekowisata.” Saat ini, desa sudah mendapatkan pemasukan untuk mendukung peningkatan bumdes walaupun besarnya setiap bulan fluktuatif sesuai jumlah pengunjung tetapi sudah berkontribusi bagi kebelanjutan pembangunan desa.

 

Lalu, menanggapi sharing ini, Pengurus PMI Provinsi NTT Bapak Kristo Blasin menyampaikan apresiasi atas usaha besar dari SIBAT Sekotong. “Saya menyampaikan apresiasi atas usaha yang luar biasa ini. Tentunya, kerja keras pak Mardi dan teman-teman SIBAT Sekotong ini sungguh luar biasa dan menjadi inspirasi yang mana diawali dengan tantangan oleh Pengurus PMI Pusat kemudian ada ide yang diterjemahkan secara baik sehingga menghasilkan lokasi ekowisata mangrove yang tentunya tidak saja bermanfaat bagi konservasi alam tetapi juga mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi desa. Kami berharap hal ini juga menginspirasi pengembangan Manggarai Mangrove Center (MMC) di Manggarai dan lokasi lain di NTT”.

Diakhir cerita, Bapak Mardi menegaskan bahwa usaha ini bisa berhasil dan memberikan kontribusi bagi desa karena dukungan dan doa seorang ibu. “Sewaktu kecil, saya bahkan kita sekalian selalu didoakan oleh ibu agar menjadi orang berguna, maka saya lakukan hal ini untuk memperjuangkan doa ibu. Jika ditanya, apakah saya mendapatkan keuntungan dari usaha ini? Tentunya tidak, saya tidak mencari keuntungan tetapi dengan semangat kerelawanan saya mau menjadikan diri saya berarti bagi orang lain. Maka, prinsip hidup saya adalah jangan tanyakan apa yang desa berikan untuk saya tetapi tanyakan apa yang harus saya berikan untuk kemajuan desa. Ekowisata mangrove Sekotong saat ini sudah menjadi salah satu bumdes dan dikelolah oleh Pokdarwis sedangkan saya dan teman-teman SIBAT tetap berjuang untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mitigasi hijau”.

Kegiatan closing dan lesson learned program PERTAMA-DAS tahap 3 CoRTA ini tentunya memberikan suatu Pelajaran yang baik bahwa SIBAT dan Relawan PMI telah mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mendukung ketangguhan desa melalui pendekatan nature-based solutions (solusi berbasis alam).

Kegiatan penanaman mangrove ini juga diikuti oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dari Universitas Mataram (UNRAM) yang sedang melaksanakan KKN di desa Sekotong dan belajar bersama para SIBAT PMI Sekotong terkait kegiatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB).

Mari kita bergerak untuk mendukung ketangguhan desa dalam bidang pengurangan risiko bencana melalui kegiatan mitigasi hijau (green mitigation).

BERITA TERBARU

SIBAT SEKOTONG MENDUKUNG PENINGKATAN BUMDES DENGAN EKOWISATA MANGROVE

LOMBOK, 01 FEBRUARI 2024

Menindaklanjuti kegiatan closing and lesson learned program PERTAMA-DAS tahap 3 CoRTA, PMI melakukan kunjungan ke Desa Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB untuk melakukan review dan sharing knowledge tentang pembelajaran menarik dari program dukungan AmCross di wilayah tersebut yang dilaksanakan pada tahun 2012-2017. Kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh PMI Pusat, Perwakilan AmCross, PMI Provinsi NTT, PMI Provinsi Lampung, PMI Kabupaten Manggarai dan PMI Kabupaten Tanggamus ini dilanjutkan dengan penanaman mangrove secara bersama di pesisir pantai Sekotong yang dilaksanakan tanggal 01 Februari 2024.

Ket. Foto bersama sebelum melakukan penanaman mangrove di pantai Sekotong (01/02/2024)

Dalam rangkaian agenda kunjungan ini, perwakilan anggota Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) desa Sekotong berbagi cerita menarik tentang keterlibatan dan kerja PMI di desa Sekotong mulai dari membangun kesadaran bersama tentang manfaat mangrove, advokasi ke pemerintah Desa dan Kabupaten, tantangan dan kesuksesan dalam membangun ekowisata mangrove Sekotong. Salah satu penggiat mangrove yang juga merupakan SIBAT PMI desa Sekotong, Mardi mengisahkan tentang perjalanan pengembangan ekowisata mangrove Sekotong “pengembangan ekowisata mangrove Sekotong dimulai pada tahun 2016, pada waktu itu Pengurus PB PMI Pusat Bapak Letjen TNI (Purn) Sumarsono bersama Bapak Arifin M. Hadi mengunjungi desa Sekotong untuk melihat lebih dekat aktivitas SIBAT. Kemudian, saat itu Letjen (Purn) Sumarsono menantang kami untuk mengembangkan ekowisata mangrove dan menjadi perintis untuk menjadikan ekowisata mangrove sebagai salah satu bumdes Desa. Tetapi niat baik ini tidak berjalan mulus, kami berulangkali melakukan pendekatan dengan Pemerintah Desa agar lokasi mangrove ini diserahkan pengelolaannya kepada SIBAT.”

 

Tetapi setiap kerja keras yang dilakukan dengan hati terbuka tidaklah sia-sia. Lebih lanjut, Mardi menjelaskan bahwa ia membangun koordinasi dengan PMI Kabupaten Lombok Barat agar mendukung advokasi kepada pemerintah Desa demi menjadikan kawasan mangrove yang ada sebagai lokasi wisata. Usaha itupun terwujud melalui kepada desa yang baru yang memiliki visi yang sama untuk konservasi alam dan mendukung mitigas hijau. SIBAT selalu lakukan pendekatan dengan pihak desa sehingga akhirnya, desa mengizinkan agar dilakukan pengembangan ekowisata mangrove di desa Sekotong. “Saya dilibatkan menjadi tim penyusun RPJMDes dan melalui koordinasi yang intens kemudian kepala desa menyetujui dukungan pengembangan ekowisata mangrove serta saya dipersiapkan untuk pengembangan mangrove dengan melakukan studi banding ke salah satu desa mangrove di Bali yang dibiayai oleh Desa. Tentunya, sebagai SIBAT PMI saya sudah dibekali dengan berbagai pengalaman dan pelatihan oleh PMI serta membangun kerja sama dan koordinasi dengan para penggiat mangrove yang sudah berhasil seperti dengan bang Bang Ahmad Rois dari PMI Kabupaten Demak dan tentunya dukungan dari mentor kami Bang Al Akbar Abubakar serta Konsultan IPB University.”

 

Dalam pengembangan ekowisata ini, SIBAT Desa Sekotong menanam 50.000 bibit mangrove tahun 2016 dan setelah dilakukan evaluasi saat closing program bahwa yang tumbuh sebanyak 75 persen. Paska pelaksanaan program, teman-teman SIBAT secara rutin juga melakukan penanaman mangrove bersama dengan stakeholder lain tetapi tidak lagi melakukan pembibitan karena besarnya biaya.

 

Terkait pembentukan tempat ekowisata mangrove Sekotong mulai dikembangkan sejak tahun 2016 dan pemerintah desa mendukung pendanaan pembangunan jogging track dan gazebo sepanjang 100meter dengan pendanaan sebesar seratus juta rupiah. “Pada awal pengembangan ekowisata mangrove di desa Sekotong dianggarkan melalui dukungan dana desa sebesar seratus juta rupiah untuk mendukung pembangunan jogging track sepanjang 100 meter dan gazebo, kemudian ditahun selanjutnya desa juga terus mendukung pembangunan melalui dana desa. Kemudian, pada tahun 2021 Kementrian Desa mendukung tambahan pembangunan jogging track, homestay dan toilet juga dukungan dari PLN untuk tempat parkir dan beberapa tambahan di lokasi ekowisata.” Saat ini, desa sudah mendapatkan pemasukan untuk mendukung peningkatan bumdes walaupun besarnya setiap bulan fluktuatif sesuai jumlah pengunjung tetapi sudah berkontribusi bagi kebelanjutan pembangunan desa.

 

Lalu, menanggapi sharing ini, Pengurus PMI Provinsi NTT Bapak Kristo Blasin menyampaikan apresiasi atas usaha besar dari SIBAT Sekotong. “Saya menyampaikan apresiasi atas usaha yang luar biasa ini. Tentunya, kerja keras pak Mardi dan teman-teman SIBAT Sekotong ini sungguh luar biasa dan menjadi inspirasi yang mana diawali dengan tantangan oleh Pengurus PMI Pusat kemudian ada ide yang diterjemahkan secara baik sehingga menghasilkan lokasi ekowisata mangrove yang tentunya tidak saja bermanfaat bagi konservasi alam tetapi juga mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi desa. Kami berharap hal ini juga menginspirasi pengembangan Manggarai Mangrove Center (MMC) di Manggarai dan lokasi lain di NTT”.

Diakhir cerita, Bapak Mardi menegaskan bahwa usaha ini bisa berhasil dan memberikan kontribusi bagi desa karena dukungan dan doa seorang ibu. “Sewaktu kecil, saya bahkan kita sekalian selalu didoakan oleh ibu agar menjadi orang berguna, maka saya lakukan hal ini untuk memperjuangkan doa ibu. Jika ditanya, apakah saya mendapatkan keuntungan dari usaha ini? Tentunya tidak, saya tidak mencari keuntungan tetapi dengan semangat kerelawanan saya mau menjadikan diri saya berarti bagi orang lain. Maka, prinsip hidup saya adalah jangan tanyakan apa yang desa berikan untuk saya tetapi tanyakan apa yang harus saya berikan untuk kemajuan desa. Ekowisata mangrove Sekotong saat ini sudah menjadi salah satu bumdes dan dikelolah oleh Pokdarwis sedangkan saya dan teman-teman SIBAT tetap berjuang untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mitigasi hijau”.

Kegiatan closing dan lesson learned program PERTAMA-DAS tahap 3 CoRTA ini tentunya memberikan suatu Pelajaran yang baik bahwa SIBAT dan Relawan PMI telah mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mendukung ketangguhan desa melalui pendekatan nature-based solutions (solusi berbasis alam).

Kegiatan penanaman mangrove ini juga diikuti oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dari Universitas Mataram (UNRAM) yang sedang melaksanakan KKN di desa Sekotong dan belajar bersama para SIBAT PMI Sekotong terkait kegiatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB).

Mari kita bergerak untuk mendukung ketangguhan desa dalam bidang pengurangan risiko bencana melalui kegiatan mitigasi hijau (green mitigation).