BSM Bangladesh dan Relawan Tukar Pengalaman tentang Surveilans Berbasis Masyarakat

Bogor - Di hari keempat kunjungannya ke Indonesia, rombongan Delegasi Bulan Sabit Merah (BSM) Bangladesh mengunjungi salah satu wilayah pelaksana Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) PMI di Markas PMI Kota Bogor dan Kelurahan Tanahbaru, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 13 personil BSM Bangladesh berdiskusi secara langsung dengan relawan berbasis masyarakat atau SIBAT membicarakan teknis pelacakan (Catat, Lapor, Aksi) atau surveilans berbasis masyarakat. Relawan SIBAT telah melakukan SBM surveilans berbasis masyarakat sejak 2019 untuk membantu mendeteksi gejala penyakit di masyarakat.

Selama kurun waktu 2019-2023, relawan masyarakat di Kota Bogor melaporkan sekitar 120 gejala penyakit dari masyarakat yang kemudian diteruskan kepada fasilitas kesehatan manusia/hewan (puskesmas/Puskeswan) untuk didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan atau dilengkapi dengan hasil laboratorium. Para relawan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan promosi dan penyuluhan kesehatan untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB).

Mereka berhasil mendeteksi penyakit prioritas yang ada di Kelurahan Tanahbaru, seperti DBD, TBC, Rabies, Flu burung, kejadian tidak biasa pada manusia dan hewan, bahkan COVID 19. PMI Kota Bogor rutin melakukan penyuluhan kesehatan di masyarakat sehingga masyarakat percaya dengan PMI dan ketika mengalami suatu gejala penyakit, mereka dengan sukarela melapor ke relawan PMI yang ada di masyarakat melalui SBM.

“Kami sangat terbantu dengan keberadaan SIBAT di masyarakat, apalagi populasi di Bogor sangat padat, sedangkan tenaga kesehatan kami terbatas. Dengan adanya relawan di masyarakat, sangat membantu kami untuk menjaring kasus penyakit di masyarakat,” kata Kepala Puskesmas Kelurahan Tanahbaru.

Kelurahan Tanahbaru memiliki 23 relawan SIBAT yang aktif melakukan SBM. Sebelumnya, mereka direkrut dan dilatih oleh PMI Kota Bogor mengenai bagaimana menerapkan SBM.

“Kami melihat koordinasi diantara relawan, PMI cabang, dan fasilitas kesehatan di desa dalam menerapkan SBM sangat kuat. Sehingga sangat membantu masyarakat dan yang paling penting, PMI membantu mencegah terjadinya KLB. Hal ini menjadi pembelajaran penting untuk kami bawa dan kami coba terapkan di negara kami,” jelasnya.

Selama di Indonesia, delegasi BSM Bangladesh juga melakukan diskusi terkait SBM di Indonesia bersama Kemenko PMK, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BNPB dan mitra Global Health Security seperti IFRC, WHO, FAO, dan Indonesia One Health University Network (INDOHUN).

Delegasi BSM Bangladesh direncanakan kembali ke negaranya pada Jumat, 8 Maret 2024 setelah 6 hari kunjungannya di Indonesia.

BERITA TERBARU

BSM Bangladesh dan Relawan Tukar Pengalaman tentang Surveilans Berbasis Masyarakat

Bogor - Di hari keempat kunjungannya ke Indonesia, rombongan Delegasi Bulan Sabit Merah (BSM) Bangladesh mengunjungi salah satu wilayah pelaksana Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) PMI di Markas PMI Kota Bogor dan Kelurahan Tanahbaru, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 13 personil BSM Bangladesh berdiskusi secara langsung dengan relawan berbasis masyarakat atau SIBAT membicarakan teknis pelacakan (Catat, Lapor, Aksi) atau surveilans berbasis masyarakat. Relawan SIBAT telah melakukan SBM surveilans berbasis masyarakat sejak 2019 untuk membantu mendeteksi gejala penyakit di masyarakat.

Selama kurun waktu 2019-2023, relawan masyarakat di Kota Bogor melaporkan sekitar 120 gejala penyakit dari masyarakat yang kemudian diteruskan kepada fasilitas kesehatan manusia/hewan (puskesmas/Puskeswan) untuk didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan atau dilengkapi dengan hasil laboratorium. Para relawan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan promosi dan penyuluhan kesehatan untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB).

Mereka berhasil mendeteksi penyakit prioritas yang ada di Kelurahan Tanahbaru, seperti DBD, TBC, Rabies, Flu burung, kejadian tidak biasa pada manusia dan hewan, bahkan COVID 19. PMI Kota Bogor rutin melakukan penyuluhan kesehatan di masyarakat sehingga masyarakat percaya dengan PMI dan ketika mengalami suatu gejala penyakit, mereka dengan sukarela melapor ke relawan PMI yang ada di masyarakat melalui SBM.

“Kami sangat terbantu dengan keberadaan SIBAT di masyarakat, apalagi populasi di Bogor sangat padat, sedangkan tenaga kesehatan kami terbatas. Dengan adanya relawan di masyarakat, sangat membantu kami untuk menjaring kasus penyakit di masyarakat,” kata Kepala Puskesmas Kelurahan Tanahbaru.

Kelurahan Tanahbaru memiliki 23 relawan SIBAT yang aktif melakukan SBM. Sebelumnya, mereka direkrut dan dilatih oleh PMI Kota Bogor mengenai bagaimana menerapkan SBM.

“Kami melihat koordinasi diantara relawan, PMI cabang, dan fasilitas kesehatan di desa dalam menerapkan SBM sangat kuat. Sehingga sangat membantu masyarakat dan yang paling penting, PMI membantu mencegah terjadinya KLB. Hal ini menjadi pembelajaran penting untuk kami bawa dan kami coba terapkan di negara kami,” jelasnya.

Selama di Indonesia, delegasi BSM Bangladesh juga melakukan diskusi terkait SBM di Indonesia bersama Kemenko PMK, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BNPB dan mitra Global Health Security seperti IFRC, WHO, FAO, dan Indonesia One Health University Network (INDOHUN).

Delegasi BSM Bangladesh direncanakan kembali ke negaranya pada Jumat, 8 Maret 2024 setelah 6 hari kunjungannya di Indonesia.