Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat menggelar latihan kesiapsiagaan berupa Table Top Exercise (TTX) aksi antisipasi dan protokol aksi dini untuk merespons ancaman banjir. Simulasi TTX bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tim PMI Pusat dalam melakukan aksi antisipasi berdasarkan peran masing-masing unit kerja Ketika aksi antisipasi diaktivasi.
“Aksi antisipasi adalah serangkaian tindakan yang diambil sebelum terjadinya bencana atau krisis untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi. Tindakan ini didasarkan pada prakiraan atau prediksi bencana yang memungkinkan respons proaktif sebelum peristiwa tersebut benar-benar terjadi,” jelas Arifin Muh. Hadi, selaku Kepala Markas saat membuka TTX.
Ditambahkannya, tindakan antisipasi memungkinkan respons yang lebih cepat dan terkoordinasi sebelum bencana terjadi, yang dapat mengurangi kerugian jiwa dan harta benda.
“Dengan persiapan yang baik, kerusakan bisa diminimalkan,” ujar Arifin.
Simulasi dilakukan di Markas Pusat PMI pada Jumat, 9 Agustus 2024. Tim Penanggulangan Bencana yang terdiri dari sejumlah unit kerja terlibat, termasuk mitra Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang berkantor di Jakarta.
Simulasi ditandai dengan skenario empat fase, yaitu fase 3 bulan, 1 bulan, 6 hari, dan fase evaluasi. Fase 3 bulan ditandai dengan prediksi BMKG tentang curah hujan di sejumlah provinsi. Memasuki fase 1 bulan, 15 provinsi menunjukkan kondisi 60% curah hujan tinggi di atas rata-rata dan 8 provinsi mengalami hujan lebat.
Pada fase 6 hari, 8 provinsi mengalami curah hujan 80% selama 6 hari berturut-turut dan diprediksikan akan terjadi banjir di 2 kabupaten, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan di Kalimantan Selatan. Diperkirakan banjir akan melanda 20 desa dan mengancam sekitar 15 ribu orang.
“Di fase inilah PMI melakukan aksi dini, yaitu dengan mengirimkan bantuan dana kepada masyarakat yang akan terdampak. Dana tersebut akan digunakan sesuai dengan kebutuhan mereka di lapangan. Bantuan dana yang dikirimkan sebelum bencana terjadi ini, diharapkan akan dapat membantu masyarakat menyiapkan diri menghadapi bencana,” kata Jeremi Tarzan, Koordinator TTX yang juga Staf PB Markas Pusat PMI.
Selama simulasi, masing-masing unit kerja melakukan beberapa tahapan kegiatan kesiasiagaan, seperti mengelola dana dan informasi peringatan dini penyiapan sarana prasarana pendukung aksi antisipasi, monitoring umpan balik masyarakat, dan saling berkoordinasi.
“Dengan melakukan tindakan antisipasi, kita dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi dampak negatif dari bencana, sehingga membantu melindungi kehidupan, mata pencaharian, dan lingkungan,” kata Kamarkas PMI Pusat.
Hasil dari TTX diharapkan dapat memberikan masukan untuk roadmap integrasi Aksi Antisipasi di PMI untuk semua jenis ancaman yang terprediksi.
Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat menggelar latihan kesiapsiagaan berupa Table Top Exercise (TTX) aksi antisipasi dan protokol aksi dini untuk merespons ancaman banjir. Simulasi TTX bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tim PMI Pusat dalam melakukan aksi antisipasi berdasarkan peran masing-masing unit kerja Ketika aksi antisipasi diaktivasi.
“Aksi antisipasi adalah serangkaian tindakan yang diambil sebelum terjadinya bencana atau krisis untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi. Tindakan ini didasarkan pada prakiraan atau prediksi bencana yang memungkinkan respons proaktif sebelum peristiwa tersebut benar-benar terjadi,” jelas Arifin Muh. Hadi, selaku Kepala Markas saat membuka TTX.
Ditambahkannya, tindakan antisipasi memungkinkan respons yang lebih cepat dan terkoordinasi sebelum bencana terjadi, yang dapat mengurangi kerugian jiwa dan harta benda.
“Dengan persiapan yang baik, kerusakan bisa diminimalkan,” ujar Arifin.
Simulasi dilakukan di Markas Pusat PMI pada Jumat, 9 Agustus 2024. Tim Penanggulangan Bencana yang terdiri dari sejumlah unit kerja terlibat, termasuk mitra Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang berkantor di Jakarta.
Simulasi ditandai dengan skenario empat fase, yaitu fase 3 bulan, 1 bulan, 6 hari, dan fase evaluasi. Fase 3 bulan ditandai dengan prediksi BMKG tentang curah hujan di sejumlah provinsi. Memasuki fase 1 bulan, 15 provinsi menunjukkan kondisi 60% curah hujan tinggi di atas rata-rata dan 8 provinsi mengalami hujan lebat.
Pada fase 6 hari, 8 provinsi mengalami curah hujan 80% selama 6 hari berturut-turut dan diprediksikan akan terjadi banjir di 2 kabupaten, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan di Kalimantan Selatan. Diperkirakan banjir akan melanda 20 desa dan mengancam sekitar 15 ribu orang.
“Di fase inilah PMI melakukan aksi dini, yaitu dengan mengirimkan bantuan dana kepada masyarakat yang akan terdampak. Dana tersebut akan digunakan sesuai dengan kebutuhan mereka di lapangan. Bantuan dana yang dikirimkan sebelum bencana terjadi ini, diharapkan akan dapat membantu masyarakat menyiapkan diri menghadapi bencana,” kata Jeremi Tarzan, Koordinator TTX yang juga Staf PB Markas Pusat PMI.
Selama simulasi, masing-masing unit kerja melakukan beberapa tahapan kegiatan kesiasiagaan, seperti mengelola dana dan informasi peringatan dini penyiapan sarana prasarana pendukung aksi antisipasi, monitoring umpan balik masyarakat, dan saling berkoordinasi.
“Dengan melakukan tindakan antisipasi, kita dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi dampak negatif dari bencana, sehingga membantu melindungi kehidupan, mata pencaharian, dan lingkungan,” kata Kamarkas PMI Pusat.
Hasil dari TTX diharapkan dapat memberikan masukan untuk roadmap integrasi Aksi Antisipasi di PMI untuk semua jenis ancaman yang terprediksi.